Celotehku tanpa suara hanya berisi rangkaian kata dengan sejuta makna, tentang Rasa, Cinta, Perjuangan dan Pengorbanan di dunia ini dibawah pengawasan Sang Pencipta yang Esa adanya.
Hari ini aku belajar hidup lebih Benar, dimulai dari memperoleh hikmat yang Benar, berpegang pada didikan, waspada mejaga hati dan menjauh dari kejahatan.
Jika dibandingkan hikmat dan harta, keduanya sama-sama berharga, bedanya hikmat tidak akan mencelakakan seseorang namun bisa memelihara hidup seseorang sedangkan harta dapat mencelakakan nyawa seseorang.
Mungkin inilah yang seharusnya dilakukan jika ternyata kita salah dalam mempercayakan sesuatu kepada seseorang. Saat hal itu terjadi sangatlah manusiawi jika kita masih sedikit berharap ada itikad baik dari orang tersebut untuk mengembalikan jika itu barang atau setidaknya mengatakan atau melakukan tindakan yang menunjukan bahwa ada penyesalan karena tidak bisa dipercaya atau terpaksa menjadi orang yang telah mengecewakan.
Abis baca ini: "Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi. Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara belimpah-limpah. Besi menajamkan besi, manusia menajamkan sesamanya. Seperti air mencerminkan wajah demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu." (FT).
Entahlah ini tuntutan atau hanya sekedar penghargaan untukmu. Sebenarnya selain belajar mempercayaimu aku juga belajar terbuka denganmu, sekaligus menguji apakah apa yang aku pikirkan dan rasakan ini sama dengan yang kamu pikirkan dan rasakan. Motivasinya hanya ingin mengenalmu.
Jujur aku binggung harus bersikap bagaimana saat kamu menyatakan Nyaman denganku? Harus senang atau biasa aza. Ukuran dan standard yang kita pake beda sih ya. :)
Pribadi yang paling aku percaya adalah Penciptaku. Dia satu-satunya yang paling mengenalku bahkan melebihi diriku sendiri sebab Dia yang menciptakanku. Dia selalu hadir dalam setiap masalah hidupku pertolonganNya selalu on time. PenyertaanNya nyata terbukti dari Dia selalu mengirimkan orang-orang bahkan yang tidak pernah aku kenal sebelumnya untuk menyatakan penyertaanNya. Itu sebabnya aku selalu menghargai setiap orang yang hadir disekitarku, karena itu juga salah satu cara yang digunakanNya untuk menyatakan hal-hal yang tersembunyi tentangNya, selain 1001 cara lain yang Dia miliki.
Benar, sejak awal mengenalmu sampai sesaat semuanya, aku tidak percaya padamu, sebab aku merasa tidak mengenalmu. Semakin lama dekat denganmu aku berharap bisa semakin mengenalmu, bahkan aku menganggap mengenalmu tapi faktanya ternyata aku SALAH. Kepercayaanku pada Penciptaku membuat aku mengenal Rasa Sayang dan mengetahui hasil uji Rasa ini lalu menjadikannya sebagai dasar menerimamu. Rasa itu juga yang aku jadikan dasar untuk belajar mempercayaimu. Belajar, aku belajar untuk itu, sebab aku sudah memilih dan menerimamu sebagai yang terkasih untuk selanjutnya menjalin komitmen dan mengakhirinya dalam sebuah pernikahan. Jadi bagaimana itu bisa terwujud jika aku tidak mau belajar mempercayaimu.
Pertama mengenalmu, aku menilaimu sebagai orang yang aneh (bukan saja penampilan tapi lebih kepada cara bicaramu, cara pandangmu dan sikapmu). Lebih lanjut mulai menyadari perbedaan diantara kita. Salah satu buktinya meskipun kita sudah bekomunikasi langsung dengan menggunakan bahasa kesatuan RI saja, masih banyak misscom-nya, apalagi lewat pesan elektronik.
Sempat ragu menerimamu dengan semua perbedaan diantara kita yang aku sadari. Namun ada satu alasan mengapa aku tetap memilihmu, yaitu RASA SAYANG yang tumbuh dalam hatiku. Sebelum aku memberitahumu dan memutuskan apapun, aku mengujinya. Menguji untuk apa? Aku tidak mau menyakitimu suatu saat nanti, jika ternyata RASA itu hanya pelarian, atau alibi menutupi suatu motivasi lain. Mengapa aku melakukannya? Sebab hatimu bukanlah mainan begitu juga
hatiku, jadi jangan disakiti karena sesuatu yang namanya khilaf atau keputusan yang tidak bertanggungjawab apalagi PHP (Pemberi Harapan Palsu).
Sungguh sangat pandai dalam beralibi, duhai Pengelana. Setelah mengucapkan KOMITMEN lalu berfikir ulang kembali (entah benar atau sekedar alibi) kemudian menyatakan baru menyadari kalo ternyata BERBEDA. Inikah sikap seorang yang katanya berdarah RAJA? Atau kamu mau bersembunyi dibalik kata "Khilaf", lagi?
Semakin ke sini semakin tampak jelas perbedaan diantara kita. Mengetahuinya aku hanya bisa tersenyum manis untukmu. Sangkaku semua perbedaan itu, sudah sama-sama kita sadari, sedari awalnya. Jika baru sekarang kamu menyadarinya, apa yang bisa aku buat, selain tersemyum manis lalu tertawa lebar.
Pengertian yang berbeda membuat kita memiliki cara pandang yang berbeda.
Cara pandang yang berbeda menjadikan kita melihat hal yang sama namun seakan-akan berbeda, sebab dibungkus dengan tujuan dan kepentingan yang berbeda.
Untuk itu sangat diperlukan memiliki pengertian yang BENAR agar dapat melihat dengan BENAR kemudian dapat melakukan hal yang BENAR dengan alasan yang BENAR dan pasti.
Perlu keberanian untuk mau mencari tahu yang BENAR, mengerti dengan BENAR dan melakukan sesuatu yang BENAR. Sangatlah jelas bahwa Baik itu relatif BENAR namun BENAR itu sudah pasti Baik. Sesuatu yang BENAR tidak selalu terucap namun dapat dibuktikan dan terlihat nyata melalui setiap keputusan dan tindakannya.
Sesuatu yang BENAR (KEBENARAN) dapat diuji dengan hati nurani, ditelaah oleh logika dan dibuktikan oleh waktu.
Tak mampu berucap saat ada tangan terbuka memberiku sebuah dekapan hangat, sebagai bentuk PENGAMPUNAN.
Hanya kucuran air mata yang tak tertahan mengalir semakin deras ketika kudengar suara lembut berucap AKU MENGASIHIMU.
Semua bentuk tuduhan dan rasa bersalah yang mengintimidasiku selama ini seketika lenyap saat mengetahui kesalahanku sudah DIAMPUNI.
Hati yang hancur dan kekecewaan mendalam yang membuat dada ini sesak setiap kali mengingtanya, diubahNya menjadi hati yang damai dan penuh sukacita kala kuingat janji-janjiNya.
DIA satu-satunya pribadi yang berjanji, yang selalu menepati dan pasti akan menepati semua yang sudah dijanjikanNya.
Bapa Kau Tak pernah SALAH Saat ku terluka Saat ku tersakiti Saat ku terlupakan Bapa Kau Tak pernah SALAH Sebab Kau Bapa yang menyembuhkan setiap luka Sebab Kau Bapa yang mengobati setiap kesakitan Sebab Kau Bapa yang selalu ada untukku
Hidupku tidak selalu Benar, dan aku juga bukan orang Benar. Aku hanya manusia biasa yang ingin belajar menjadi lebih Benar, lebih Baik dan lebih Kuat.
Berprinsip berbeda dengan kaku. Orang yang memiliki prinsip adalah orang yang tegas yang memiliki integritas antara apa yang diucapkan dengan apa yang dilakukan. Orang tegas bukanlah orang yang penakut, karena dia selalu punya alasan yang Benar atas apa yang sudah dia perbuat dan berani menanggung resiko jika terbukti dia salah, secara pasti. Selalu berani menyelesaikan masalah sampai tuntas dan memperbaiki diri jika ternyata salah.
Teringat kejadian beberapa bulan silam saat itu kamu mengeluarkan sebuah cincin dengan permata putih diatasnya. Ini bukan masalah berapa harga dan bagaimana bentuk dari cincin itu. Tapi ada sesuatu, entah itu hanya asumsi, firasat atau apa? Saat cincin itu kamu lingkarkan di jari ini, aku merasakan sesuatu yang sulit kuungkap dengan kata. Yach semacam penolakan. Seingatku kata yang terucap adalah "Bagus, tapi ini longgar dan aku takut permatanya copot jadi aku simpan saja ya."
Hari ini kulihat kembali semua yang pernah kualami, detail kejadian demi kejadian. Kuamati dengan seksama bagaimana semuanya mulai tertanam dan bertumbuh. Polos dan lugu kulihat lakuku. Tulus dan sederhana tampak sikapku memeperlakukannya. Mengasihinya dan mempercayainya dengan caraku yang unik. Membelanya dan memperjuangkanya dengan gayaku yang khas. Memahaminya dan mengenalnya sebagai mana adanya tanpa curiga.
Saat menjadikannya yang terkasih di hati ini, ku kibaskan satu persatu tawaran yang datang. Percaya dia sebagai satu-satunya orang yang bisa aku mengerti dan aku percaya. Percaya bahwa dia juga merasakan hal yang sama. Percaya kami adalah sepasang anak muda yang tangguh mengarungi hidup dan bisa saling menopang satu sama lain. Daftar target pun mulai kami buat.