Sampai detik ini aku masih tidak bisa menerima, jika alasannya adalah karena aku? Kita punya posisi yang sama dalam memutuskan sesuatu terlebih mengambil keputusan yang terkait dengan kita. Tidak ada siapa yang memerintah siapa atau siapa yang memutuskan apa dan yang lain harus mengikutinya. Stop jangan jadikan pembicaraanku di telpon terakhir itu sebagai alibi menutupi semua rencana busukmu. Apa yang aku katakan di telpon terakhir itu, tidak lebih dari pertanyaan untuk mendapatkan suatu kejelasan dan sudah seharusnya kamu bisa memberi jawaban yang logis, kalo gak bisa silahkan beri jawaban apa adanya saja, kenapa susah? keputusan untuk pergi juga tidak ada paksaan dari pihak manapun kan? Lalu mengapa sebegitu susahnya memberi jawaban jika memang tidak sedang menyembunyikan sesuatu yang busuk?
Kamu yang datang, kamu yang pergi, lalu kamu yang datang kembali, kamu yang menyanggupi, dan kamu yang meminta waktu, selanjunya kamu yang pergi lagi. So kalo kemudian muncul beberapa pertanyaan mengenai apa dan bagaimana selanjutnya? Salah dimananya? Dan kalopun pihak penanya yang memutuskan dan menutup kasus apakah itu wajar? Kamu tetap punya hak untuk memberi jawab dan waktu yang kamu minta sudah diberikan terbukti aku tetap disini menunggu sampai batas waktu yang kamu minta. Sangat tidak masuk akal jika dikatakan pihak penanya yang mau menutup kasus padahal kenyataanya dia belum mendapat jawaban ataupun penjelasan. Saking inginnya mengatahui penjelasanmu berusaha menghubungimu dengan berbagai cara, itu bukan tindakan untuk mengganggumu, namun itu cara yang ditempuh untuk mengetahui hal yang pasti darimu sehingga tidak perlu berasumsi apapun. Inikah sikap Pura-pura bodohmu (senjata andalan), biar kalo diliat sama orang atau mangsa lain bisa bilang: "ya nih, mantan ganggu mulu!"
Alibi yang tidak wajar lainnya adalah mementahkan kembali sesuatu yang sudah kamu katakan setengah matang, kecuali memang kedatanganmu yang kedua dalam kondisi mentah lagi. Ingat ya, apapun yang kamu putuskan ada dua kehidupan yang akan menanggu resikonya, jangan egois gitu dunk! Jadi semua yang terjadi itu cuma sandiwara aza? Mengasumsikan sesuatu dan mengambil keputusan sepihak berdasarkan asumsi pribadi tanpa konfirmasi, lalu menyakini asumsi itu sebagai sebuah jawaban atau perintah yang harus kamu laksanakan. Hey.... ini tindakan yang lebih parah dari tindakan ABG labil!!! Kecuali memang sudah masuk dalam rencana busukmu sejak awal.
Aku berusaha objektif untuk tidak hanya memfokuskan pada keputusan aneh yang kamu ambil tapi tetap ada yang janggal dari apa yang terjadi. Jarak dari bulan Juli ke September, sangat singkat, apa yang terjadi? Apa alasannya? Kenapa? Jangan kembali dunk waktu itu, kalo punya rencana lain? Gak perlu juga ketemu sama my family? Bukan masalah keputusanmu, Apa alasannya? Ini seperti bukan kamu, atau inikah kamu yang sebenarnya setelah semua topeng dilepaskan??? Oh my God, kamu lebih menyedihkan dari penilaian mereka semua.
Bener-bener... ngakunya ada Darah Raja (gak jelas biar kedengeran lebih keren atau apa yach?). Denger itu aku sih lempeng-lempeng aja, harusnya ada wibawa, harusnya bijaksana, harusnya tepat janji, harusnya tegas, harusnya pemberani, pastinya tidak banci. Yang kelupaan adalah dia keturunan raja mana? Generasi keberapa? Sudah kena kontaminasi darah apa aza? Terus masih manusia kan? kalo jawab terakhir ya, berarti wajar saja dia melakukan semuanya ini. :)
Suka heran dach... Kalo mau dikaitkan antara darah raja dengan semua yang sudah kamu lakukan, sangat bertolak belakang. Kalopun benar darah raja, mungkin darah itu berasal dari raja yang tidak bijaksana, raja yang semena-mena, raja yang suka ingkar janji dan raja yang tidak gentle. Masih mau bilang ada keturunan darah raja? Gak pantes, tau! Gimana kalo diganti sama darah kotor aza, itu lebih cocok, bener!
0 comments:
Post a Comment