8/28/2014

Kehidupan Seperti Menapaki Anak Tangga

Semoga kamu masih ingat aku pernah mengatakan bahwa kehidupan ini seperti saat kita sedang menapaki anak tangga, dimana kita sedang tidak berada pada anak tangga yang sama. Untuk dapat bersama, harus ada yang mengalah entah yang satu mengejar naik dan yang lebih tinggi menunggu, atau sepakat bertemu di tengah yang satu menurun dan yang lain naik. Sampai saat ini aku masih tidak tahu apakah kamu sungguh mengerti yang kumaksudkan atau tidak. Memang mungkin semuanya kini sudah tidak berarti lagi bagimu karena mungkin saja kamu sudah merestart hidupmu. Tapi aku meyakini hidup ini berjalan maju tidak bisa direstart dan kembali ke keadaan semula, sebab tidak ada manusia yang mampu membalikan waktu. :)

Setahun ini aku hanya melakukan apa yang menjadi konsekuensi dari apa yang aku katakan kepadamu terkait dengan anak tangga. Tak perduli orang berkata apa dan berpendapat bagaimana. Semoga jejak ini dapat menyadarkanmu kelak bahwa aku tidak pernah mempermasalahkan apakah aku harus menunggu atau turun atau naik, tak perduli perlu berapa lama waktu hanya perlu tahu bahwa kamu mengerti semuanya ini tidak pernah ada niat jahat, hanya untuk kebahagiaan bersama. Tak pernah inginkan surga bagiku dan neraka bagimu, hanya ingin mencapai surga bersaam. Rasaku ini terlalu besar untukmu dan tidak pernah mampu berdiam diri untuk kebaikanmu, meski mungkin tidak sempurna karena aku juga masih mampu merasa lelah dan terkadang nyaris menyerah, tapi aku membuktikannya tak pernah menyerah kendati sangat lemah.

Sejak awal tak pernah menuntutmu apapun, karena aku yakin kamu tahu memilih yang terbaik dan cukup pemberani memperbaiki diri menjadi lebih baik, dengan cara yang benar. Segala upaya sudah aku lakukan meski kusadari masih kurang maksimal, namun inilah yang terbaik yang bisa aku lakukan, Tuhan tahu  dan melihat apa yang aku lakukan dan bagaimana sejatinya isi hatiku. Yach Dia Tuhan yang adalah Satu (Esa) Pencipta kita berdua, yang mempertemukan kita dan menumbuhkan rasa ini, dan yang tetap membuat aku bertahan bernafas hingga kini.

Banyak hal yang bisa aku mengerti setelah semuanya kuharap hal yang sama juga terjadi padamu. Kini aku berada pada sisi menyerah kepadaNya. Akhirnya kusadari semua yang sudah kulakukan adalah sia-sia. Sebab sangatlah sulit menjelaskan sebuah warna pada seorang yang telah buta sejak lahir, dan bukan tindakan yang mudah membuat si buta percaya bahwa aku sedang mengupayakan agar dia melalui jalan yang benar. Itu sebabnya aku menyelesaikan semuanya dan selanjutnya memohon agar mujizat terjadi, si buta dapat melihat. Meminta hal ini kepadaMu Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta beserta Isinya, karena aku tahu hanya Dia yang empunya Kuasa dan apa yang aku minta adalah sesuatu yang tidak bertentangan dengan hatiNya yang Murah Hati. Inilah yang kumengerti dengan iman sebesar biji sesawi yang dapat memindahkan gunung. Sama sekali tidak mengandalkan diri sendiri sebab mustahil dan tidak meminta sesuatu untuk memegahkan diri, itulah iman yang benar.

Jika kamu sudah dapat melihat tentu akan mudah bagimu megetahui, mengerti setiap warna yang pernah aku coba beritahu dan bisa melihat dengan jelas bahwa aku hanya ingin kamu melalui jalan yang baik untukmu, besar harapanku kamu bisa mengikuti jalan itu. Jalannya tidak lebar memang, tapi berujung pada suatu tempat yang bahagia, ada jaminan yang sama untuk tidak saja tiba di tempat itu namun kita bisa masuk dan tinggal selamanya dengan bahagia disana. Yach tempat itu dikenal dengan surga. Dan janji indah ini hanya bisa kamu peroleh ketika kamu mengenal Dia Sang Pemilik Surga.

Pernah bermimpi dan berangan tentang hidup bersama namun kusadari hidup bersama adalah sebuah keputusan dari sebuah pilihan. Rasa tidak dapat dijadikan alasan untuk hidup besama sebab rasa tidak sanggup memaksa yang terkasih menderita. Rasa membuat aku berani menguburkan mimpi itu setahun yang lalu, saat mendengar pengakuan darimu. Tapi rasa membuat aku selalu mampu memohonkan yang terbaik untukmu sampai saat ini bahkan setelah semua yang terjadi. Rasa ini bukan dari ku tapi ini dariNya yang sangat mengasihimu. Aku dapat berkata demikian karena aku mengenal diriku, aku pernah mematikan rasaku saat seseorang menyakitiku, tapi ini berbeda, aku tak kuasa mematikannya. Semakin aku coba untuk memadamkannya semakin besar alirannya. Jangan keraskan hatimu Dia sangat mengasihimu.

8/20/2014

Antara Diam dan Pulau Bali

Dalam diam ini kusimpan semua tangisku
Dalam diam ini kusembunyikan semua luka-lukaku
Dalam diam ini kubungkam rinduku
Dalam diam ini kuselipkan serpihan hatiku

Diam diantara canda tawa
Diam diantara gemuruh ombak
Diam diantara hembusan angin 
Diam diantara hati yang dingin

Tiada nada
Tiada suara
Nyanyian rindu mengalun lirih
Mengantarkan lamunanku ke masa lalu

Semua masih tampak sama 
Hanya aku yang berbeda 
Kalimatmu sekan terdengar kembali
"Tak akan ku kembali jika tidak jadi bersamamu"

Kalimat itu menyentak kesadaranku
Mengusir semua lamunan masa laluku
Mamaksa aku untuk segera beranjak
Melangkah jauh meninggalkan pulau indah ini

Baiklah... kan kukubur 
Semua kenanganku 
Semua mimpiku
Di sini Pulau Bali

Kelak kan ku jadikan sebagai alasan
Untuk aku sekedar merindu
Atau berkunjung kembali
Di pulau ini

7/14/2014

Jangan Ambil Mimpiku

Hidup di bumi ini penuh ketidakpastian. Tapi dalam ketidakpastian selalu ada kesempatan yang bisa kita pilih. Dalam setiap pilihan ada resiko baik dan buruk yang selalu akan membuntuti. Kita hanya perlu memiliki Iman dan keberanian menentukan pilihan lalu menjalani pilihan kita itu sambil tetap tersenyum.

3/03/2014

Kisah Dibalik Angka 03032014

Bangun pagi di hari ini terasa berbeda, ada sukacita dan damai sejahtera di hati. Pujian syukurpun lalu mengalun baik dari hati maupun mulutku seharian ini. Terima Kasih Bapa. :) Aku merasa beban yang aku pikul selama ini akhirnya bisa aku lepaskan, jadi terasa ringan sekali.

Semua ini berawal dari kejadian pada tanggal yang sama di tahun lalu (03*03*2013). Hari kelahiran orang special di hatiku saat itu. Ada sepenggal kisah yang diceritakan yang membuat janji kecil dalam hatiku pun terucap. Tak seorangpun tahu tentang janji ini sebelumnya, selain aku dan Bapa di surga. Janji itu adalah tahun depan (03*03*2014) aku akan berusaha menjadi orang pertama yang memberimu kejutan di hari jadimu. 

2/26/2014

Mirip "Pengelana" Bukan Makassar Tapi Korea

gambar pengelana,
Pengelana kupikir kita akan bisa bertemu lagi hari ini. Sebenarnya minggu ini adalah minggu terakhirku berada di kota ini. Semakin kecil harapan akan berjumpa denganmu lagi. Entah ini pantas atau tidak tapi aku sangat ingin bicara denganmu, lebih tepatnya aku hanya ingin mendengarmu mengatakan sesuatu sambil melihatmu, itu saja.

1/25/2014

Surat Untuk Bapa di Surga

Bapa...
Terima kasih untuk tetap mengasihiku dan menjadikanku anak kesayanganMu. Maafkan aku yang belum bisa mengertikan jalan pikiran dan rencanaMu dalam hidupku. Meskipun demikian aku selalu percaya rancanganMu adalah rancangan sempurna yang terbaik dan untuk mendatangkan kebaikan dalam hidupku. 

1/23/2014

Masihlah Dia Pemilik Hati Ini

Apa gerangan yang terjadi dengan relung hatiku
Perpisahan itu telah lama terjadi
Komunikasipun tak ada setelahnya
T'lah kupastikan tak ada miliknya yang tertinggal

Selanjutnya...
Pendatang barupun bermunculan
Memberi berbagai jenis penawaran
Ada juga yang hendak mampir kedalamnya

1/18/2014

Tubuh Tanpa Jiwa

Mamandang bintang berselubung awan kelam
Pesonanya tak nampak di langit malam
Enggan aku menyapa sekelilingku
Aku pulang mencari senyuman

Hampa...
Hanya penuh kesia-siaan
Lalu dimanakah damai itu ada?
Dimanakah senyum manis itu tersimpan?

Tanya...
Hanya tersisa tanya
Tanpa jawaban
Sebab tubuhku memang disini tapi tidak jiwaku

1/16/2014

Hati Memang Penipu

Ehm... Hari ini tebukti lagi kalo hati itu penipu! :(
Seharian hati ini tidak tenang memikirkan orang yang mungkin tidak pernah mengingatku atau mungkin tidak penah menganggapku ada.

Yach aku sudah menghapus nomornya dari kontakku. Dorongan hati yang kuat membuat aku memberanikan diri mencari kontaknya di website. Setelah menemukannya hati dan logika kembali beradu.