Tarik nafas panjang lalu hembuskkan perlahan. Hufft... sedikit lega. Yach belakang ini aku seperti sedang berada dalam sebuah medan pertempuran. Tepatnya pertempuran antara hati dan logikaku. Pertempuran dimana hati selalu berpihak padanya dan seakan tutup mata dengan semua fakta yang ada. Sementara logikaku sebaliknya terus memaksa aku untuk berfikir ulang dan lebih mengarahkan aku untuk objektif dalam menganalisa setiap fakta yang terungkap satu demi satu setelah kepergiannya.
Entahlah aku terlalu lebai atau bagaimana? Sejak awal aku tahu suatu saat kita akan sampai pada titik harus memilih mau dibawa kemana hubungan kita ini selanjutnya? Kesebuah mahligai pernikahan atau perpisahan yang indah? Apapun pilihannya itu seharusnya menjadi pilihan terbaik kita berdua (idialisku berkata demikian). Yach aku mengetahui ini sejak awal aku menerimanya hingga sesaat kepergiannya yang pertama.
Menantikan kedatangannya saat kepergian pertamanya itu, aku seperti seorang yang tak berdaya hanya bisa berdoa dan berharap dia akan datang kembali. Saat itu aku sangat siap jika harus melepasnya untuk alasan perbedaan diantara kita. Sebab jika hal yang sama diajukan kepadaku maka aku akan menajawab dengan tegas aku tidak bisa lanjut dan memilih perpisahan terindah sebagai jalan terbaiknya. Persoalannya dalam hal ini bukan aku yang memutuskan.
Selanjutnya sangat senang mengetahui dia datang kembali sebagai tanda bahwa perbedaan itu bukan masalah lagi (asumsiku). Kita selangkah lebih maju, hati dan semua perbedaan itu bukanlah masalah lagi. Sempat tersipu dan kagum dengan keputusnnya itu (dalam hati bertanya inikah kekuatan CINTA?). Itu salah satu bukti hatiku yang selalu saja berpihak padanya. Pada saat yang bersamaan logikaku mengingatkanku bahwa dia tergolong "Anak Muda", masih perlu dikenali lebih dalam lagi keseriusannya dan motivasinya.
Dia bisa kembali dengan semangat dan keberanian yang bener-bener buat aku kagum, setidaknya aku tidak perlu merisaukan masalah hati dan perbedaan diantara kita lagi. Tinggal ke tahap berikutnya memberi kesempatan sang waktu untuk membuktikan seberapa besar kesungguhannya dan melihat apa sebenarnya motivasinya melakukan ini sambil menyakinkan diri sendiri seberapa aku bisa mempercayainya sebagai satu-satunya sahabat sejatiku, belahan jiwaku, yang akan mendampiku hingga tutup usiaku nanti. Pergumulan ini yang aku pohonkan dalam setiap doaku kepada Sang Pencipta.
Sejak inilah pertempuran antara hati dan logikaku dimulai. Tidak ada yang bisa aku lakukan selain memberi kesempatan sang waktu membuktikan kebenarannya. Hanya bisa berkomunikasi dengan Pencipta melalui doa yang tak putus agar tetap menguatkan aku apapun Kebenaran yang terbukti nantinya. Sambil berharap pertempuran ini segera usai.
Entahlah aku terlalu lebai atau bagaimana? Sejak awal aku tahu suatu saat kita akan sampai pada titik harus memilih mau dibawa kemana hubungan kita ini selanjutnya? Kesebuah mahligai pernikahan atau perpisahan yang indah? Apapun pilihannya itu seharusnya menjadi pilihan terbaik kita berdua (idialisku berkata demikian). Yach aku mengetahui ini sejak awal aku menerimanya hingga sesaat kepergiannya yang pertama.
Menantikan kedatangannya saat kepergian pertamanya itu, aku seperti seorang yang tak berdaya hanya bisa berdoa dan berharap dia akan datang kembali. Saat itu aku sangat siap jika harus melepasnya untuk alasan perbedaan diantara kita. Sebab jika hal yang sama diajukan kepadaku maka aku akan menajawab dengan tegas aku tidak bisa lanjut dan memilih perpisahan terindah sebagai jalan terbaiknya. Persoalannya dalam hal ini bukan aku yang memutuskan.
Selanjutnya sangat senang mengetahui dia datang kembali sebagai tanda bahwa perbedaan itu bukan masalah lagi (asumsiku). Kita selangkah lebih maju, hati dan semua perbedaan itu bukanlah masalah lagi. Sempat tersipu dan kagum dengan keputusnnya itu (dalam hati bertanya inikah kekuatan CINTA?). Itu salah satu bukti hatiku yang selalu saja berpihak padanya. Pada saat yang bersamaan logikaku mengingatkanku bahwa dia tergolong "Anak Muda", masih perlu dikenali lebih dalam lagi keseriusannya dan motivasinya.
Dia bisa kembali dengan semangat dan keberanian yang bener-bener buat aku kagum, setidaknya aku tidak perlu merisaukan masalah hati dan perbedaan diantara kita lagi. Tinggal ke tahap berikutnya memberi kesempatan sang waktu untuk membuktikan seberapa besar kesungguhannya dan melihat apa sebenarnya motivasinya melakukan ini sambil menyakinkan diri sendiri seberapa aku bisa mempercayainya sebagai satu-satunya sahabat sejatiku, belahan jiwaku, yang akan mendampiku hingga tutup usiaku nanti. Pergumulan ini yang aku pohonkan dalam setiap doaku kepada Sang Pencipta.
Sejak inilah pertempuran antara hati dan logikaku dimulai. Tidak ada yang bisa aku lakukan selain memberi kesempatan sang waktu membuktikan kebenarannya. Hanya bisa berkomunikasi dengan Pencipta melalui doa yang tak putus agar tetap menguatkan aku apapun Kebenaran yang terbukti nantinya. Sambil berharap pertempuran ini segera usai.
0 comments:
Post a Comment