Hari ini tanggal 5 Agustus 2013. Ada seorang teman yang aku kenal sekitar 3 bulan yang lalu datang ke tempatku dan minta tolong diantarkan ke tempat interview sebab dia belum memiliki SIM (Surat Ijin Mengemudi). Aku yang sudah mengiakan permintaanya itu dihari sebelumnya, hari itu meluangkan waktu untuk menepati janjiku.
Sedikit surprise setelah mengetahui ternyata ada 3 tempat yang akan kita kunjungi. Selain itu jam 10.30 wita kita harus menjemput keponakannya pulang dari Sekolah. Memafaatkan waktu dengan baik jam 10.15 wita, kita sudah tiba di sekolah keponakannya itu. Tadinya kupikir hanya menunggu beberapa menit saja, tapi tak terasa 1 jam berlalu dan sang keponakanpun belum muncul. Setelah ditanyakan ke penjaga sekolah ternyata murid-murid baru pulang jam 12.30 wita. Tidak ada pilihan lain selain menunggu di depan sekolah. Kamipun menunggu dengan sedikit jenuh. Akhirnya jampun menunjukan pukul 12.30 wita satu persatu murid kelas satu keluar namun sesudah berlalu 30 menit si kecil belum keluar kelas juga, ternyata yang boleh keluar adalah murid-murid yang sudah mengerjakan PR dan menjawab semua pertanyaan dengan benar. Setelah 45 menit kemudian muncullah si kecil dengan senyum centilnya. Sedikit gemas aku langsung mengajukan pertaanyan, "Pertanyaan apa yang salah sampai kamu pulang terakhir?" Sambil tersenyum dia menjawab ibu itu laki-laki atau perempuan dan dia menjawab laki-laki. Oh May God... aku yang tadinya setengah emosi jadi tertawa geli mendengar jawaban polosnya.
Karena diburu waktu harus menuju dua tempat interview lainnya, percakapan tersebut terputus sampai disana. Setelah menurunka si kecil di depan rumah, kamipun melanjutkan perjalan menuju tempat interview berikutnya. Tidak ada yang seru dalam perjalanan menuju tempat interview.
Sampai malam aku masih kepikiran dengan perkataan si kecil tadi siang. Rasanya hatiku bener-bener benjol. Anak kecil tadi menjawab seperti itu bukan karena dia tidak tahu tapi karena dia merindukan sosok seorang laki-laki (Ayah). Anak itu sesungguhnya memiliki Ayah namun karena keegoisan kedua orang tuanya, membuat dia tidak punya pilihan lain selain tinggal bersama sang ibu.
Hatiku benjol setiap melihat orang-orang yang tidak bisa memegang komitmen dan begitu egois. Anak ini hadir salah satunya, yach karena ada komitmen dari kalian berdua dan itu tanggungjawab kalian. Aku tidak bisa terima apapun alasanya, perceraian atau perpisahan antara suami istri yang sudah menghadirkan anak di dalamnya adalah bentuk kejahatan. Cobalah kalian ingat kembali apa yang sudah terjadi diantara kalian sehingga kalian mengambil keputusan untuk menikah dan mengucapkan suatu komitmen. Jika kalian belum berani bertanggujawab sebaiknya jangan pernah mengucapkan komitmen apapun dan silahkan berkelana mengejar apa yang ingin kalian kejar. Pernahkah kalian mencoba mengerti bagaimana rasanya berada diposisi anak kalian saat ini. Tidakkah terlalu egois jika dari kecil sampai sekarang kalian masih memiliki kedua orang tua yang merawat kalian dengan baik namun apa yang kalian lakukan terhadap darah daging kalian sendiri?
Banyak orang diluar sana yang sangat mendambakan seorang anak namun tidak bisa memilikinya, kalian yang sudah dipercayakan cobalah belajar untuk bisa bertanggungjawab setidaknya biarkan mereka bertumbuh menjadi manusia yang utuh secara jasmani dan mental. Berpikirlah panjang jika semua manusia egois seperti kalian bagaimana ras manusia selanjutnya? Akan sangat banyak ditemukan manusia dengan mental yang tidak utuh dan akan menimbulkan masalah dalam masyarakat.
Aku hanya ingin bilang Hentikan Perceraian apapun alasannya karena itu semua tidak lebih dari bentuk keegoisan manusia dan ketidak beranian kalian bertanggungjawab atas apa yang sudah kalian perbuat. Jujurlah pada hati nurani masing-masing dan tanyakan hal tersebut lalu dengarkan apa jawabnya? Semoga kalian masih memiliki keberanian untuk mendengarkan hati nurani kalian dan jujur dengan diri kalian sendiri.
0 comments:
Post a Comment